Kamis, 09 Desember 2010

Iyapa Upettu Rennu, Usapupi Mesana.

1


Kami sudah lelah, kini bersandar di batang pohon waru, daunnya yang lebat menghindarkan sinar matahari dari kami yang hampir putus asa. Dengan air mata yang terus mengalir, aku hanya bisa mengenang hari itu …

***
Dengan pakaian lengkap daengku berpamitan, tatapan matanya dalam dan penuh kasih sayang. Mencium keningku lalu menatap lagi mataku, kali ini dengan sedikit senyum di bibirnya, aku memandang bibirnya yang bergerak lambat demi menjelaskan padaku cara mengatasi jika rindu datang menyerang, “Narekko maruddaniki’, cengaki’ ri ketengnge Andi’, to siduppa mata”, kata daengku sambil menunduk agar bisa kuletakkan songkok Bone di kepalanya, songkok yang dipakai sejak tahun 1683 oleh pasukan Bone untuk membedakan mereka dalam perang melawan Tator. Kali ini untuk membedakan daengku dengan pasukan Belanda, kupasang songkok di kepalanya dengan menyebut nama Allah.

Read more

Sabtu, 23 Oktober 2010

Tak Beretika Belajar Etika.

0

Tahun 2006, Yahya Zaini dari Fraksi Partai Golkar harus mengundurkan diri dari senayan akibat peredaran video mesumnya dengan penyanyi dangdut Maria Eva. Video syur itu menyebar pada 2006 dan menghebohkan serta membuat geger kalangan wakil rakyat, meski kemudian keduanya mengaku telah menikah siri.

Tahun 2007, Asisten pribadi (Aspri) Max Moein berinisial D, melalui Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK) pernah melaporkan kekerasan seksual yang dilakukan Anggota DPR RI fraksi PDIP itu pada 22 Agustus 2007, lengkap dengan kronologis kejadian yang dialami.

Read more

Selasa, 24 Agustus 2010

Miskin, Sama Sepertiku.

0

Ketika anda mengalami ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti Sandang, Pangan, Papan, Pendidikan dan kesehatan, maka layaklah anda disebut Miskin, sama sepertiku. Kemiskinan itu terjadi karena beberapa penyebab, menurut Ensiklopedia, kemiskinan terjadi karena prilaku individu dan pendidikan keluarga, juga bisa disebabkan oleh aksi orang lain, pemerintah, perang dan keadaan ekonomi bahkan ada kemiskinan yang sudah menjadi salah satu struktur sosial. Secara umum dan ringkas diterima bahwa kemiskinan adalah buah dari kemalasan. Semua pengertian itu sulit kupahami dan kuterima di usiaku yang baru 7 tahun, apalagi jika dikatakan bahwa kemiskinan yang kualami ini adalah akibat prilakuku sendiri, apa kesalahan yang dilakukan oleh anak seusiaku yang bisa membuatnya menjadi miskin di usia dini..?

Read more

Jumat, 11 Juni 2010

Alangkah Lucunya Kampung Halamanku

0

Banyak kejadian dan pemberitaan yang menghebohkan yang terjadi belakangan ini di Indonesia kita yang tercinta, ada dana aspirasi, video panas mirip artis, dan Piala Dunia. Tapi di balik hingar-bingar berita besar itu, ada juga berita miris atau lebih kasarnya "MEMALUKAN" yang datang dari Pilkada Kabupaten Soppeng. Enam dari Tujuh cawabup yang maju di Pilkada Soppeng tidak hafal Pancasila. Fakta itu terungkap saat debat terbuka hari terakhir di gedung Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Watansoppeng kemarin.

Read more

Senin, 07 Juni 2010

The Tudor Age (Population Changes)

0

The most potent forces within Tudor England were often social, economic, and demographic ones. Thus if the period became a golden age, it was primarily because of the considerable growth in population that occurred between 1500 and the death of Elizabeth I did not so dangerously exceed the capacity of the available resources, particularly food supplies, as to precipitate a Malthusian crisis. Famine and disease unquestionably disrupted and disturbed the Tudor economy, but they did not raze it to its foundations, as in the fourteenth century. More positively, the increased manpower and demand that sprang from rising population stimulated economic growth and the commercialization of agriculture, encouraged trade and urban renewal, inspired a housing revolution, enhanced the sophistication of English manner, especially in London, and (more arguably) bolstered new and exciting attitudes among Tudor Englishmen, notably individualistic ones derived from reformation ideals and Calvinist theology.

Read more

Rabu, 12 Mei 2010

Kisah Fiktif Belaka

0

Belum lama ini ada sebuah iklan layanan masyarakat di televisi yang menggambarkan adegan dua orang sahabat, yang pertama seorang pengusaha, sebut saja namanya Andi Kosangsi, pengusaha sukses ini pandai memanfaatkan peluang, Bahkan ketika para pegawai Direktorat Jenderal Pajak mendatanginya dengan lembaran tagihan senilai ratusan milyar rupiah, dia mengelak dan meminta tenggat waktu pembayaran.

Andi Kosangsi senyum puas ketika memory otaknya mengingat sebuah nama, Gayus Hamburan, teman sekolahnya seperjuangan yang kini bekerja di Ditjen Pajak. Dulu ketika sekolah, mereka berdua sangat akrab, berangkat sekolah bersama, membolos bersama, pulang bersama, bahkan mengincar cewek yang sama...

Singkat cerita, Andi Kosangsi menemui Gayus di kantornya, ruangan Gayus cukup besar, di salah satu dindingnya ada gambar Garuda Pancasila, simetris di bawahnya ada gambar Presiden SBY dan wakilnya, Boediono. Lebih di bawah lagi ada foto istri dan anak gayus serta foto dua orang bersahabat ini ketika sekolah dulu, tampak di foto mereka berdua berangkulan dengan baju SMU yang tercorat-coret cat semprot dan spidol, nyatalah foto itu diambil ketika habis UN.
selanjutnya terjadilah percakapan yang sering kita dengar di televisi...

“Kawan, kemarin aku diperiksa anak buahmu, pajaknya gede banget... Tapi... Bisa diatur kan???”, Andi Kosangsi dengan santainya berbicara.

Gayus tampak bimbang ketika memilih kata-kata untuk menjawab permintaan temannya itu, ia teringat ketika diambil sumpah jabatannya untuk mengabdi kepada Negara tanpa KKN. Di sisi lain ia juga ingat persahabatannya yang indah bagaikan kepompong dan siap menjadi kupu-kupu....

Masih ingatkah kelanjutan kisah Iklan pajak ini??? Mari kita belokkan sedikit... ingat, kisah ini mudah-mudahan hanya fiktif belaka...!!!

Gayus pun mengangguk mengiyakan permintaan sahabatnya,
“Gampang di atur itu kawan, asal persenannya cocok, 28 M cocoklah..!!!”, ucap Gayus.

kembali mereka berangkulan seperti di foto yang melekat makin erat di dinding kantor, yang jatuh ke lantai kemudian pecah adalah gambar Garuda Pancasila, dasar negara itu lagi-lagi dikhianati oleh perampok yang belakangan lebih sering di sebut Oknum. Hebatnya lagi, dua foto yang simetris di bawah tempat gambar garuda pancasila itu tadi tergantung, malah senyum makin manis...

Mari, kita membayar pajak tepat pada waktunya, dan menyampaikan SPT penghasilan sebelum 30 april 2010, karena alasan efisiensi, blanko SPT tidak lagi dikirim ke alamat wajib pajak, melainkan dapat diambil di Kantor Pelayanan Pajak terdekat atau di akses di Situs Direktorat Jenderal Pajak . Pajak anda membangun bangsa.

Jangan lupa berdoa agar negara ini dibersihkan dari persahabatan yang merugikan rakyat. Amin ya Allah... Amin.

Iklan layanan Masyarakat ini ditutup dengan slogan, “Hari gini gak bayar pajak?, apa kata dunia?”...

Read more

Kamis, 15 April 2010

Bubarkan Satpol PP

0

Seorang teman pernah berkisah tentang Oknum Satpol PP yang ditilang oleh Polisi lalu lintas karena tidak memakai helm, seperti tilang-tilang biasanya, terjadi percakapan antar keduanya.
“Pak, saya seharusnya tidak ditilang, masa’ jeruk minum jeruk!” kata si Satpol PP.
“Oh, maaf pak, saya tidak tau kalo bapak juga anggota kepolisian”, kata Polantas.
“Bapak dari kesatuan mana?”, Polantas melanjutkan percakapan.
Tiba-tiba wajah Oknum Satpol PP itu memerah, kemudian agak malu membisikkan sesuatu kepada Polantas,
“dari kesatuan Polisi Pamong Praja pak!”
“hahahahaha”, Polantas tertawa, ”kah Jeruk Nipis jeki’ paeng”…

(April Mop)…

Read more

Sabtu, 03 April 2010

Tak Boleh Jatuh

3

Di atas tiang bambu lapuk di salah satu sudut lapangan, Bendera merah putih tergantung malas tak berkibar, melambai lambat seiring pelannya pertumbuhan perekonomian Negara… Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan untuk Indonesia.

******

Sadikin malangkah gontai menyusuri trotoar jalan protokol, rambutnya acak-acakan, dia tampak terbebani oleh masalah berat. Uang seratusan ribu 16 lembar yang dibawanya belum cukup untuk mengeluarkan istri dan anaknya yang baru lahir dari rumah sakit pasca pesalinan.

Sebelumnya, Sadikin bingung apakah akan memiih memasukkan istri tercintanya ke Rumah Sakit untuk melahirkan atau di rumah saja dengan bantuan “orang pintar”. Sejenak dia memandangi wanita itu, teringat waktu-waktu yang telah dilalui bersamanya, 7 tahun berkeluarga akhirnya diberi amanah dalam rahim. Wanita cantik itu tersenyum pada suaminya, “Kalau tidak punya uang, di rumah saja Pa, aku pasti kuat”, jangan memaksakan keadaan…


Sadikin tersenyum, air mata ia tahan agar jangan keluar melewati pelupuk, dipandanginya lagi wanita cantik itu, kepalanya didekatkan ke perut istrinya yang membesar buncit, ada gerakan kecil di dalam sana. “Sabar ya sayang”, Sadikin berbisik lirih, mungkin malu pada janin di perut istrinya. Kali ini istrinya yang tak kuasa membendung air matanya sambil mengelus kepala suaminya tercinta…

Sayang dan bertanggung jawab pada keluarga, Sadikin terpaksa memutuskan bersalin di rumah sakit….

“Semuanya 5 Juta Pak”, kata perawat mengagetkan Sadikin yang tak menyangka biaya persalinan sebesar itu setelah masa pemulihan seminggu. Tak mampu membayar, Sadikin mencoba membicarakan mengenai keringanan biaya pada Direktur Rumah Sakit. Setelah menunggu kesempatan untuk bertemu, akhirnya kini dua lelaki beda nasib itu bertatapan, Sadikin menceritakan pelan-pelan masalah ketidakmampuannya pada Sang Direktur, Responnya jauh melenceng dari harapan, ”Kalau miskin, jangan masuk Rumah Sakit”.

Keluarga kecil ini “ditendang” dari Rumah Sakit karena tak mampu membayar. Tak ada senyum ramah ala perawat ketika mengantarkan pasiennya sampai ke mobil lalu mengucapkan selamat jalan dan semoga selalu sehat, yang ada hanya pandangan sinis melihat ke arah sadikin yang memapah istri tercintanya berjalan tertatih-tatih sambil menggendong anaknya, calon pemimpin bangsa ini…. Tapi tunggu dulu, seorang perawat berjalan mendekati mereka, perawat itu seperti melupakan sesuatu, Uang ratusan ribu 16 lembar yang dipunyai Sadikin masih dalam genggamannya sampai perawat itu merebutnya... tadi dia lupa…

Keluarga ini dikecewakan lagi, diusir oleh Negara yang Presidennya menjanjikan kesehatan gratis… tapi Sadikin tak protes, ia sabar menanti janji ditepati.


Sadikin dan keluarga kecilnya duduk beristirahat di salah satu sudut lapangan, anak dan istrinya masih lemah... angin menjadi kencang ketika mendung menguasai langit, tiang bambu lapuk tak kuat lagi menopang bendera yang kali ini berkibar kencang, bukan mengikuti keadaan ekonomi, tapi karena angin memang kencang. Tiba-tiba bendera itu terlepas melayang ke udara, Sadikin yang memangku anaknya reflex bangkit, sambil menggendong anaknya berlari mengejar bendera Negara Indonesia, merah putih yang terlepas dari tiangnya… cukup jauh dia berlari karena angin kencang menerbangkan bendera kebanggaannya itu jauh. Merah berarti berani, putih berarti suci, sambil berlari dia berdoa agar anak yang digendongnya menjadi berani dan suci, seperti bendera Negaranya yang terbang…

“Bendera itu tak boleh jatuh, Nak!” Sadikin berbicara penuh semangat pada anaknya yang tentu belum paham apa-apa… Ketika bendera tampak akan jatuh ke tanah, sekelebat bayangan bergerak cepat menggapainya… Ayah dan anak itu berhasil mempertahankan bendera Negaranya, Negara yang baru saja menipu dan mengecewakannya…

Mendung akhirnya berubah menjadi hujan, Sadikin meneduhkan anaknya dengan bendera merah putih yang dibentangkan di atas kepalanya, Bendera itu seolah merupakan permintaan maaf Negara ini pada Sadikin dan keluarganya, paling tidak sekedar membantu meneduhkan anak mereka dari derasnya hujan….

Dikejauhan Istri Sadikin tersenyum manis dibawah derasnya hujan, bangga pada suami dan anaknya yang begitu cinta pada Negaranya…

Read more

Rabu, 24 Februari 2010

Bungkus

0

Mawar, berdiri di depan rumah sederhananya yang asri, setelah menutup pagar, ia menanti Ruhut yang kali ini agak terlambat datang menjemputnya. Berkali-kali Mawar memencet tombol HP coba menghubungi kekasih yang memenuhi hati dan hari-harinya, tapi tidak dijawab. Dia agak sial kali ini, pakaian yang dikenakannya terlalu minim untuk menangkal dingin kota Makassar di bulan Januari. Celana pendek hitam atau lazimnya disebut “short pants”, ia padukan dengan “tanktop” warna putih yang membuat ketiak mulusnya terlihat jelas ketika lengannya merapikan poni tipis di kepalanya. Rambut belakangnya diikat agak ke atas sehingga leher putih jenjangnya makin mempesona. Pemandangan indah ini makin enak dipandangi karena kulitnya putih, mulus. Mawar beruntung diberi fisik yang diincar para pria…

Mawar bukannya tidak pernah mendengar ceramah Udztadz di mesjid, dia ingat betul ketika Udztadz bercerita tentang kisah nyata dalam sebuah perjalanan dari Mesir ke Alexandria…

… ada seorang wanita muda berpakaian seksi yang ditegur dengan sopan oleh seorang tua tentang pakaiannya yang akan membahayakan dirinya sendiri dan larangan agama untuk pakaian minim. Respon yang diberikan oleh si wanita muda sangat arogan, “ini bukan urusanmu pak tua”, hardik si wanita, ”Pesankan saja saya tempat di neraka Tuhanmu”. Singkat cerita ketika sampai ke Alexandria, si wanita tampak tertidur pulas, penumpang lain coba membangunkannya, tapi tragis karena Wanita muda itu mati, mati dalam pakaian minimnya setelah memesan neraka…

Mawar tidak menggubris kisah itu, tetap saja gemar berpakaian seksi….


*********

Wajah agak cemberut dia lemparkan pada Ruhut yang baru tiba setelah membuatnya menunggu 30 menit. Dengan senyum yang menawan, Ruhut segera mendamaikan hati Mawar yang akhirnya ikut naik ke motor Kawazaki yang dikendarainya… walaupun baru pacaran seminggu, dua sejoli ini sangat mesra berboncengan, tangan mulus Mawar melingkar di perut Ruhut yang bidang, makin erat Mawar berpelukan karena dingin makin diperparah dengan hujan yang mulai rintik-rintik. Dunia yang seolah milik mereka berdua membuat tukang becak yang nongkrong melihatnya berkata “Nyamanna bura’nea, Ubasmi sedeng!!!...”

Rupanya pakaian minim Mawar bukan cuma menjadi komoditi bagi mata tukang becak, sopir mobil mewah terus melotot di balik kaca yang gelap ketika di lampu merah, ironis karena bukan cuma sopir, tapi juga penumpangnya yang merupakan wakil rakyat pun berdecak agak bernafsu.

Namanya juga laki-laki…

Para Pakar AS meneliti isi kepala pria yang melihat wanita berbusana seronok. Hasilnya, wanita terbayang bukan manusia, maksudnya, mereka menghasilkan penjelasan mengejutkan seputar wanita berpakaian minim yang dilihat oleh kaum pria. Dalam otak lelaki yang memandangnya, gambaran kaum hawa seksi, yang mengenakan baju nyaris telanjang, dikenali bukan lagi sebagai manusia. Tapi mereka dianggap sebagai barang atau benda untuk dipergunakan. Demikian hasil kajian ilmiah terkini tentang perilaku kaum pria dari para ahli di Harvard University.

Hujan mulai deras ketika Ruhut menepikan motornya untuk berteduh di depan sebuah Penginapan yang sepi, makin deras ketika mereka memutuskan untuk masuk ke Penginapan.

Sekedar info bahwa Ruhut juga laki-laki… Semoga Ruhut di gedung DPR hanya mulutnya saja yang kotor, tidak seperti Ruhut Makassar ini yang otaknya juga kotor.

Karena terbawa suasana romantis, dingin dan derasnya godaan setan yang datang sederas hujan di Kota Makassar pada bulan Januari, Mawar ikut saja masuk ke sebuah kamar yang baru saja disewa Ruhut untuk satu hari. Ruhut sebenarnya hanya mengincar tubuh mulus mawar yang selalu diumbarnya, ke kampus, ke mall, kemana saja seksi, cantik sekali... kesempatan selalu datang dengan cara tidak terduga...

Dua sejoli ini mulai bercumbu karena nafsu sudah di ubun-ubun, Mawar sempat ragu, tapi setan terlalu kuat membisikkan godaan kenikmatan dunia. rencana jahat Ruhut membuahkan hasil. Ruhut mulai mencumbu leher jenjang Mawar yang mulus, pakaian terlepas seluruhnya dan tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit (disensor bos, maaf untuk lelaki lale, yg baca ada juga anak-anak hehe)…

Hilang sudah keperawanan yang dititipkan tuhan pada Mawar, yang dititipkan tuhan pada ayah Mawar untuk dijaga, yang dititipkan pada kakak lelakinya Mawar untuk dijamin sampai Mawar laku terjual pada Suaminya nanti…

Kata Bang Napi "waspadalah, kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya, tapi juga karena kamu berpakaian minim menggoda"....


*********

Untuk adik-adikku, teman-temanku, aku tidak bisa selalu menjagamu dari dekat, maka pakailah pakaian yang bisa menjagamu.........

Seorang guru mengambil setoples permen, kemudian membuka bungkus beberapa diantaranya. Lalu meletakkan lima butir yang sudah terbuka bungkusnya ke tangan kanan, dan lima butir yang masih utuh bumgkusnya ke tangan kiri…
Guru itu menanyakan pada murid-muridnya, ada yang baik, ada yang nakal, ada yang bejat, ada yang sabar dan macam-macamlah keadaan muridnya….
“Pilih permen yang mana?” tanya sang guru…
“yang masih utuh bungkusnya” jawab semua murid serempak…
“kenapa?” tanya sang guru lagi…
“karena masih bersih”, jawab muridnya…

Maka untuk adik-adikku, teman-temanku, yakinlah bahwa semua laki-laki, mulai dari yang baik, yang nakal, yang sabar dan bermacam-macam yang lainnya, akan memilih istri yang masih bersih…



Read more

Pinggir Jalan Samping Kanal

0

Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. "futsal" berasal dari kata Spanyol atau Portugis, football dan sala. Lapangannya dilapisi rumput sintetis ataupun vyneels, untuk membuat lapangan ini lengkap dengan segala fasilitasnya, sangat mahal.


Sore ini, di pinggir jalan samping kanal, sekumpulan bocah bermain Futsal, tidak di atas rumput sintetis ataupun vyneels yang tak mampu mereka sewa, di sini penuh dengan debu yang berpisah dari tanah merah, dekat dengan jalanan di sisi kirinya, dan kanal di kanannya. Aco yang badannya paling kecil membawa bola dengan gaya samba, sontek sedikit ke arah Wawan yang tak terkawal, kurang tenang, bola tendangan Wawan mampu diamankan Jono, sang kiper. Mereka semua berlarian penuh semangat, debu dan deru kendaraan tak menghalangi tajamnya pandangan. Panasnya kota Makassar tak mampu mendinginkan semangat mereka.

Nasib bocah-bocah seperti mereka ini makin sial saja setelah Lapangan Karebosi, alun-alun kota Makassar di Revitalisasi. Tidak ada lagi yang gratis, parkir pun mahal. Karebosi yang dulu ramah untuk anak-anak sekolah, anak jalanan, orang dewasa, bahkan waria, kini terlalu angkuh kelihatannya. Di sudut Utara, sebuah patung besar yang menggambarkan sosok Ramang sedang mengontrol bola terpampang dengan gagahnya. Ramang adalah sosok kebanggaan kota Makassar dan Sulawesi Selatan. Salah satu pemain bola terbesar yang pernah dilahirkan oleh kota ini, kini tinggal Kenangan.
Tak ada lapangan, mereka bermain di sini, pinggir jalan samping kanal. Anwar yang paling lincah di antara mereka menari menggocek bola melewati Sule’ yang hanya bisa terdiam, beruntung tendangan Anwar melambung tinggi di atas mistar gawang bambu bekas yang dikawal Libu’. Mereka sangat menikmati permainan ini, paling tidak sambil main Futsal mereka juga makan debu. Kali ini Anwar mendapat peluang lagi setelah merebut bola dari kaki Sule’, dengan tenang mengarahkan bola ke sudut gawang, Gol.

Bola yang mereka gunakan bukan bola bagus ala Futsal yang ukuran kelilingnya harus 64-66 cm dan beratnya 390-430 gram serta memiliki lambungan setinggi 55-65 cm pada pantulan pertama, tapi memakai bola plastik ringan seharga Rp.6000 yang pantulannya acak karena bulatnya cacat (baca:Gimpe).

Aco dan Wawan yang bertelanjang dada coba menyamakan kedudukan, one-two touch mereka menyulitkan pertahanan yang digalang Cikal, lewat, dan Gol, sebuah sontekan menyarangkan bola ke gawang bambu bekas penggusuran, mereka berpelukan bertukar keringat keakraban.


Tak jauh dari sini, sepeda motor tua melaju kencang, pengemudinya banyak pikiran, makan susah, istri tak memberi jatah, anak marah-marah, ibu sakit parah, dan dia baru saja di PHK, sebut saja namanya bang Imran. Malang baginya dan si Jono, niatnya memungut bola sundulan Wawan yang bersarang di gawangnya berujung maut, Bang Imran dan Dik Jono tewas seketika setelah terlibat tabrakan. Hilang lagi seorang kepala keluarga, Bang Imran meninggalkan istrinya yang pastinya menyesal tak memberinya jatah semalam, anaknya, dan ibunya yang sakit. Hilang pula seorang anak, Jono meninggalkan segala kesempitan di dunia ini berganti dengan lapangan luas surga yang gratis…


Siapa yang salah???

Entahlah, kejadian itu hanya mengingatkan kita pada tujuan negara kita, Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia… Bukan membiarkan bocah-bocah bermain di jalanan karena Lapangan di jual pada makhluk asing penghisap darah…

BONGKARLAH PAGAR KAREBOSI UNTUK KAMI…

Apapun perlakuanmu ibu, nasib membuat kami tetap menjadi anakmu, kau kaya, hebat, dan besar, hanya saja kau dikendalikan oleh tangan yang salah…

Dari anakmu, Untuk ibu pertiwi…!!!!!

Read more

Wujud Nyata Pengayom Pancasila

0

Suatu petang yang dingin diguyur hujan hari itu, dingin tapi aku harus tetap di sini, menunggu, bersama dengan orang-orang berwajah murung. Orang-orang ini kebanyakan sedang menanggung beban, tatapan kosong, rambut acak-acakan, celana tergulung hanya sebelah, dan matanya bengkak kurang tidur. Begitulah kira-kira gambaran manusia yang orang terdekatnya tidak berdaya, terbaring sakit dan kini membutuhkan donor darah untuk bertahan hidup.

Read more

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting