Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan, dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. "futsal" berasal dari kata Spanyol atau Portugis, football dan sala. Lapangannya dilapisi rumput sintetis ataupun vyneels, untuk membuat lapangan ini lengkap dengan segala fasilitasnya, sangat mahal.
Sore ini, di pinggir jalan samping kanal, sekumpulan bocah bermain Futsal, tidak di atas rumput sintetis ataupun vyneels yang tak mampu mereka sewa, di sini penuh dengan debu yang berpisah dari tanah merah, dekat dengan jalanan di sisi kirinya, dan kanal di kanannya. Aco yang badannya paling kecil membawa bola dengan gaya samba, sontek sedikit ke arah Wawan yang tak terkawal, kurang tenang, bola tendangan Wawan mampu diamankan Jono, sang kiper. Mereka semua berlarian penuh semangat, debu dan deru kendaraan tak menghalangi tajamnya pandangan. Panasnya kota Makassar tak mampu mendinginkan semangat mereka.
Nasib bocah-bocah seperti mereka ini makin sial saja setelah Lapangan Karebosi, alun-alun kota Makassar di Revitalisasi. Tidak ada lagi yang gratis, parkir pun mahal. Karebosi yang dulu ramah untuk anak-anak sekolah, anak jalanan, orang dewasa, bahkan waria, kini terlalu angkuh kelihatannya. Di sudut Utara, sebuah patung besar yang menggambarkan sosok Ramang sedang mengontrol bola terpampang dengan gagahnya. Ramang adalah sosok kebanggaan kota Makassar dan Sulawesi Selatan. Salah satu pemain bola terbesar yang pernah dilahirkan oleh kota ini, kini tinggal Kenangan.
Tak ada lapangan, mereka bermain di sini, pinggir jalan samping kanal. Anwar yang paling lincah di antara mereka menari menggocek bola melewati Sule’ yang hanya bisa terdiam, beruntung tendangan Anwar melambung tinggi di atas mistar gawang bambu bekas yang dikawal Libu’. Mereka sangat menikmati permainan ini, paling tidak sambil main Futsal mereka juga makan debu. Kali ini Anwar mendapat peluang lagi setelah merebut bola dari kaki Sule’, dengan tenang mengarahkan bola ke sudut gawang, Gol.
Bola yang mereka gunakan bukan bola bagus ala Futsal yang ukuran kelilingnya harus 64-66 cm dan beratnya 390-430 gram serta memiliki lambungan setinggi 55-65 cm pada pantulan pertama, tapi memakai bola plastik ringan seharga Rp.6000 yang pantulannya acak karena bulatnya cacat (baca:Gimpe).
Aco dan Wawan yang bertelanjang dada coba menyamakan kedudukan, one-two touch mereka menyulitkan pertahanan yang digalang Cikal, lewat, dan Gol, sebuah sontekan menyarangkan bola ke gawang bambu bekas penggusuran, mereka berpelukan bertukar keringat keakraban.
Tak jauh dari sini, sepeda motor tua melaju kencang, pengemudinya banyak pikiran, makan susah, istri tak memberi jatah, anak marah-marah, ibu sakit parah, dan dia baru saja di PHK, sebut saja namanya bang Imran. Malang baginya dan si Jono, niatnya memungut bola sundulan Wawan yang bersarang di gawangnya berujung maut, Bang Imran dan Dik Jono tewas seketika setelah terlibat tabrakan. Hilang lagi seorang kepala keluarga, Bang Imran meninggalkan istrinya yang pastinya menyesal tak memberinya jatah semalam, anaknya, dan ibunya yang sakit. Hilang pula seorang anak, Jono meninggalkan segala kesempitan di dunia ini berganti dengan lapangan luas surga yang gratis…
Siapa yang salah???
Entahlah, kejadian itu hanya mengingatkan kita pada tujuan negara kita, Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia… Bukan membiarkan bocah-bocah bermain di jalanan karena Lapangan di jual pada makhluk asing penghisap darah…
BONGKARLAH PAGAR KAREBOSI UNTUK KAMI…
Apapun perlakuanmu ibu, nasib membuat kami tetap menjadi anakmu, kau kaya, hebat, dan besar, hanya saja kau dikendalikan oleh tangan yang salah…
Dari anakmu, Untuk ibu pertiwi…!!!!!
Tak ada lapangan, mereka bermain di sini, pinggir jalan samping kanal. Anwar yang paling lincah di antara mereka menari menggocek bola melewati Sule’ yang hanya bisa terdiam, beruntung tendangan Anwar melambung tinggi di atas mistar gawang bambu bekas yang dikawal Libu’. Mereka sangat menikmati permainan ini, paling tidak sambil main Futsal mereka juga makan debu. Kali ini Anwar mendapat peluang lagi setelah merebut bola dari kaki Sule’, dengan tenang mengarahkan bola ke sudut gawang, Gol.
Bola yang mereka gunakan bukan bola bagus ala Futsal yang ukuran kelilingnya harus 64-66 cm dan beratnya 390-430 gram serta memiliki lambungan setinggi 55-65 cm pada pantulan pertama, tapi memakai bola plastik ringan seharga Rp.6000 yang pantulannya acak karena bulatnya cacat (baca:Gimpe).
Aco dan Wawan yang bertelanjang dada coba menyamakan kedudukan, one-two touch mereka menyulitkan pertahanan yang digalang Cikal, lewat, dan Gol, sebuah sontekan menyarangkan bola ke gawang bambu bekas penggusuran, mereka berpelukan bertukar keringat keakraban.
Tak jauh dari sini, sepeda motor tua melaju kencang, pengemudinya banyak pikiran, makan susah, istri tak memberi jatah, anak marah-marah, ibu sakit parah, dan dia baru saja di PHK, sebut saja namanya bang Imran. Malang baginya dan si Jono, niatnya memungut bola sundulan Wawan yang bersarang di gawangnya berujung maut, Bang Imran dan Dik Jono tewas seketika setelah terlibat tabrakan. Hilang lagi seorang kepala keluarga, Bang Imran meninggalkan istrinya yang pastinya menyesal tak memberinya jatah semalam, anaknya, dan ibunya yang sakit. Hilang pula seorang anak, Jono meninggalkan segala kesempitan di dunia ini berganti dengan lapangan luas surga yang gratis…
Siapa yang salah???
Entahlah, kejadian itu hanya mengingatkan kita pada tujuan negara kita, Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia… Bukan membiarkan bocah-bocah bermain di jalanan karena Lapangan di jual pada makhluk asing penghisap darah…
BONGKARLAH PAGAR KAREBOSI UNTUK KAMI…
Apapun perlakuanmu ibu, nasib membuat kami tetap menjadi anakmu, kau kaya, hebat, dan besar, hanya saja kau dikendalikan oleh tangan yang salah…
Dari anakmu, Untuk ibu pertiwi…!!!!!
0 comments:
Posting Komentar