Kamis, 15 April 2010

Bubarkan Satpol PP

0

Seorang teman pernah berkisah tentang Oknum Satpol PP yang ditilang oleh Polisi lalu lintas karena tidak memakai helm, seperti tilang-tilang biasanya, terjadi percakapan antar keduanya.
“Pak, saya seharusnya tidak ditilang, masa’ jeruk minum jeruk!” kata si Satpol PP.
“Oh, maaf pak, saya tidak tau kalo bapak juga anggota kepolisian”, kata Polantas.
“Bapak dari kesatuan mana?”, Polantas melanjutkan percakapan.
Tiba-tiba wajah Oknum Satpol PP itu memerah, kemudian agak malu membisikkan sesuatu kepada Polantas,
“dari kesatuan Polisi Pamong Praja pak!”
“hahahahaha”, Polantas tertawa, ”kah Jeruk Nipis jeki’ paeng”…

(April Mop)…

Read more

Sabtu, 03 April 2010

Tak Boleh Jatuh

3

Di atas tiang bambu lapuk di salah satu sudut lapangan, Bendera merah putih tergantung malas tak berkibar, melambai lambat seiring pelannya pertumbuhan perekonomian Negara… Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan untuk Indonesia.

******

Sadikin malangkah gontai menyusuri trotoar jalan protokol, rambutnya acak-acakan, dia tampak terbebani oleh masalah berat. Uang seratusan ribu 16 lembar yang dibawanya belum cukup untuk mengeluarkan istri dan anaknya yang baru lahir dari rumah sakit pasca pesalinan.

Sebelumnya, Sadikin bingung apakah akan memiih memasukkan istri tercintanya ke Rumah Sakit untuk melahirkan atau di rumah saja dengan bantuan “orang pintar”. Sejenak dia memandangi wanita itu, teringat waktu-waktu yang telah dilalui bersamanya, 7 tahun berkeluarga akhirnya diberi amanah dalam rahim. Wanita cantik itu tersenyum pada suaminya, “Kalau tidak punya uang, di rumah saja Pa, aku pasti kuat”, jangan memaksakan keadaan…


Sadikin tersenyum, air mata ia tahan agar jangan keluar melewati pelupuk, dipandanginya lagi wanita cantik itu, kepalanya didekatkan ke perut istrinya yang membesar buncit, ada gerakan kecil di dalam sana. “Sabar ya sayang”, Sadikin berbisik lirih, mungkin malu pada janin di perut istrinya. Kali ini istrinya yang tak kuasa membendung air matanya sambil mengelus kepala suaminya tercinta…

Sayang dan bertanggung jawab pada keluarga, Sadikin terpaksa memutuskan bersalin di rumah sakit….

“Semuanya 5 Juta Pak”, kata perawat mengagetkan Sadikin yang tak menyangka biaya persalinan sebesar itu setelah masa pemulihan seminggu. Tak mampu membayar, Sadikin mencoba membicarakan mengenai keringanan biaya pada Direktur Rumah Sakit. Setelah menunggu kesempatan untuk bertemu, akhirnya kini dua lelaki beda nasib itu bertatapan, Sadikin menceritakan pelan-pelan masalah ketidakmampuannya pada Sang Direktur, Responnya jauh melenceng dari harapan, ”Kalau miskin, jangan masuk Rumah Sakit”.

Keluarga kecil ini “ditendang” dari Rumah Sakit karena tak mampu membayar. Tak ada senyum ramah ala perawat ketika mengantarkan pasiennya sampai ke mobil lalu mengucapkan selamat jalan dan semoga selalu sehat, yang ada hanya pandangan sinis melihat ke arah sadikin yang memapah istri tercintanya berjalan tertatih-tatih sambil menggendong anaknya, calon pemimpin bangsa ini…. Tapi tunggu dulu, seorang perawat berjalan mendekati mereka, perawat itu seperti melupakan sesuatu, Uang ratusan ribu 16 lembar yang dipunyai Sadikin masih dalam genggamannya sampai perawat itu merebutnya... tadi dia lupa…

Keluarga ini dikecewakan lagi, diusir oleh Negara yang Presidennya menjanjikan kesehatan gratis… tapi Sadikin tak protes, ia sabar menanti janji ditepati.


Sadikin dan keluarga kecilnya duduk beristirahat di salah satu sudut lapangan, anak dan istrinya masih lemah... angin menjadi kencang ketika mendung menguasai langit, tiang bambu lapuk tak kuat lagi menopang bendera yang kali ini berkibar kencang, bukan mengikuti keadaan ekonomi, tapi karena angin memang kencang. Tiba-tiba bendera itu terlepas melayang ke udara, Sadikin yang memangku anaknya reflex bangkit, sambil menggendong anaknya berlari mengejar bendera Negara Indonesia, merah putih yang terlepas dari tiangnya… cukup jauh dia berlari karena angin kencang menerbangkan bendera kebanggaannya itu jauh. Merah berarti berani, putih berarti suci, sambil berlari dia berdoa agar anak yang digendongnya menjadi berani dan suci, seperti bendera Negaranya yang terbang…

“Bendera itu tak boleh jatuh, Nak!” Sadikin berbicara penuh semangat pada anaknya yang tentu belum paham apa-apa… Ketika bendera tampak akan jatuh ke tanah, sekelebat bayangan bergerak cepat menggapainya… Ayah dan anak itu berhasil mempertahankan bendera Negaranya, Negara yang baru saja menipu dan mengecewakannya…

Mendung akhirnya berubah menjadi hujan, Sadikin meneduhkan anaknya dengan bendera merah putih yang dibentangkan di atas kepalanya, Bendera itu seolah merupakan permintaan maaf Negara ini pada Sadikin dan keluarganya, paling tidak sekedar membantu meneduhkan anak mereka dari derasnya hujan….

Dikejauhan Istri Sadikin tersenyum manis dibawah derasnya hujan, bangga pada suami dan anaknya yang begitu cinta pada Negaranya…

Read more

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting