Senin, 22 Agustus 2011

Korupsi Mempersatukan Indonesia

0

Dia, bergerak seperti bola salju, terus membesar ketika dia menggelinding. Sampai suatu saat dia membukit lalu kita menerimanya sebagai fenomena alam yang tak terhindarkan, dan hidup bersamanya sepanjang waktu. 

Setelah gaji kita yang mencekik dipotong pajak, Karcis bioskop yang makin mahal dipungut bea, Asap rokok yang mulai pahit tercemar tingginya tarif cukai, Saudara TKI kita yang menyetor devisa dari luar negeri, Migas & nonmigas dikeruk lalu dijual, Hibah dan Utang luar negeri, maka terkumpul penerimaan negara sebesar Rp1.086,4 triliun APBN. Ke mana uang itu diperuntukkan?

Busyro Muqoddas menjawab pertanyaan itu dengan sangat baik, Potensi kerugian negara atas kasus korupsi pembayaran pajak sebesar Rp 50 miliar, Pendidikan lebih dari Rp 204,2 miliar, Kesehatan lebih dari Rp113,4 miliar, dan Infrastruktur lebih dari Rp 597,5 miliar. Selain itu, Kehutanan lebih dari Rp 2,3 triliun, Migas lebih dari Rp 40,1 triliun, Keuangan Daerah lebih dari Rp 1,3 triliun, dan Perbankan lebih Rp 1,8 triliun. Pelaku yang sedang ditangani KPK tambah Busyro Muqoddas terdiri dari hakim (1), duta besar (4), kepala lembaga dan kementerian (6), komisioner (7), gubernur (8), wali kota dan bupati (22), lain-lain (26), anggota DPR dan DPRD (43), swasta (44), pejabat eselon I, II, serta III (84). Parahnya lagi yang dikorupsi bukan cuma APBN tapi juga APBD, artinya, uang parkir kita juga disikat.

Ini Korupsi berjamaah, maka benar kata Karl Kraus, pengarang dan wartawan Austria abad 19, "Korupsi itu lebih hina daripada Prostitusi, Prostitusi hanya merusak moral pribadi, tapi korupsi merusak moral sebuah bangsa". Tapi judul artikel ini adalah "Korupsi Mempersatukan Indonesia", bagaimana bisa?

Nazaruddin mewakili Partai Politik, Gayus Tambunan mewakili Perpajakan, Syarifuddin mewakili hakim, M. Slamet Hidayat mewakili duta besar, Syamsul Arifin mewakili Gubernur dan masih banyak lagi yang mewakili hampir semua lembaga di Indonesia. Walaupun berbeda suku, agama, Ras dan kepercayaan, mereka disatukan oleh sebuah kata "korupsi".

Tawar menawar kepentingan politik di tingkat pusat hingga daerah membuat elit-elit pemimpin negara ini makin mesra, makin bersahabat dan makin bahu membahu menyembunyikan kejahatan. Nazaruddin pun coba tawar menawar dengan Presiden, "Saya minta sama Pak SBY, jangan ganggu anak istri saya. Saya enggak akan ngomong apa-apa, saya lupa semuanya, saya enggak tau apa-apa," tutur Nazaruddin. 

Indonesia memang bersatu di bawah Bhineka Tunggal Ika, tapi ketika jalanan makin berlubang, jembatan banyak yang putus, kereta api hanya ada di wilayah barat, kapal feri sudah berkarat, pesawat udara banyak yang bekas, keadilan yang timpang dimana-mana, yang kaya makin sejahtera, yang miskin makin melarat,  sepakbola tak sanggup menyatukan kita, agama mulai diperalat. Ketika darat dan laut sepertinya mulai enggan bersatu, jangan khawatir karena Dia, Korupsi, bergerak seperti bola salju, terus membesar ketika dia menggelinding. Sampai suatu saat dia membukit lalu kita menerimanya sebagai fenomena alam yang tak terhindarkan, dan hidup bersamanya sepanjang waktu.

Meski harus dimusnahkan, meski memalukan, kita semua telah mencoba dan pada waktunya nanti perlawanan terhadap korupsi di Indonesia akan menemukan cahaya di ujung lorong yang gelap, tapi saat ini, Korupsi Mempersatukan Indonesia.

Read more

Jumat, 12 Agustus 2011

Apa arti namaku sesungguhnya?

0

Andai saja kita semua yang membaca tulisan ini masuk surga dengan kadar pahala yang sama, diriwayatkan bahwa di pintu surga itu akan ada antrian, Maka yang paling pertama masuk adalah mereka yang menggunakan nama-nama Allah SWT dibelakang namanya. Beruntunglah mereka yang memiliki nama Abdul Rahman, Abdul Rahim, Abdul Malik, dan nama-nama lain-Nya yang indah (asmaul husna).

Di belakang mereka, akan masuk berikutnya orang-orang yang memakai nama-nama Nabi & Rasul. Melengganglah mereka yang bernama Muhammad Yusuf, Yunus, Daud, Ibrahim dan lain-lain. yang melangkah masuk berikutnya adalah mereka yang menggunakan nama sahabat misalnya Abdullah,’Urwah, Hamzah, Ja’far, Mush’ab, ‘Ubaidah, Kholid, ‘Umar, dan Mundzir.

Lalu bagaimana dengan mereka yang tak punya arti dari namanya? mereka akan masuk setelah ketiga golongan di atas. Syukurlah, karena masih ada yang masih harus antri lebih dibelakang, yaitu mereka yang memiliki arti yang buruk dari namanya, La Paddoca' (pengacau) mungkin wajar dijadikan contoh.

Namun bukan berarti menggunakan Nama Allah SWT, lalu nama Nabi & Rasul, kemudian nama Sahabat akan dijamin masuk surga, jika berdosa, pemakai nama itu juga berada pada antrian terdepan di pintu neraka.

Juga ada orang tua yang memberikan nama untuk anaknya sesuai dengan apa yang diidolakannya. Kalau kita bertemu dengan seorang anak bernama Inul, pasti kita berpikiran bahwa orang tuanya pasti penggemar "ngebor", Maradona berarti ayahnya penggemar bola, Rambo berarti ayahnya suka film perang, dan Miyabi berarti ayahnya suka film???

Memberi nama anak, di dalam Islam mendapat perhatian yang cukup besar. Karena nama merupakan identitas diri dan sarana untuk saling memahami dalam berkomunikasi dengan orang lain. Nama, bagi seorang bayi yang dilahirkan merupakan hiasan, tumpuan dan sekaligus syi'ar yang dengannya ia dipangggil ketika di dunia maupun di akhirat.

Nama meskipun hanya sesuatu yang bersifat maknawi tetapi memiliki nilai yang amat tinggi melebihi materi. Sehingga orang akan lebih menjaga nama daripada hartanya, jangan sampai namanya direndahkan, ditentang atau dimusuhi.

Islam sangat menganjurkan agar memberi nama anak dengan nama yang baik, karena pada umumnya nama memiliki pengaruh terhadap seseorang yang memilikinya, dalam baik ataupun buruknya. Dia merupakan cerminan pemikiran orang tua, apakah dia seorang yang selamat dan mengikuti petunjuk Nabi saw atau memiliki pemikiran- pemikiran yang tercemar dan bahkan menyimpang.

Kewajiban seorang Bapak pada anaknya yang pertama adalah memberikan nama yang baik. Hadist Rasulullah saw, menerangkan bahwa"Sebagian dari pada kewajiban ayah terhadap anaknya, ialah beri dia nama yang baik, ajari dia menulis, dan kawinkan dia apabila ia baligh". (HR. Ibnu Najjar).

Atas perintah inilah, Bapak saya memberi nama "Saefuddin Muslimin" dengan harapan saya bisa menjadi (سيفl) pedang bagi (الدين) agama. Harapan itu sekaligus menjadi beban walaupun beban itu lebih masuk akal ketimbang harus menjadi Maradona misalnya, Lalu bagaimana dengan nama anda?

Read more

Rabu, 10 Agustus 2011

Forrest Gump

0

Ever find the grind of life getting you down? Is the day-to-day struggle threatening to drag you under? If so, there is a movie out there that can replenish your energy and refresh your outlook. Passionate and magical, Forrest Gump is a tonic for the weary of spirit. For those who feel that being set adrift in a season of action movies is like wandering into a desert, the oasis lies ahead.
Back when Tom Hanks' movie career was relatively new, the actor made a film called Big, which told the story of a young boy forced to grow up fast as a result of an ill-advised wish made at a carnival. In some ways, Forrest Gump represents a return to the themes of that earlier movie. In this case, the main character remains a child in heart and spirit, even as his body grows to maturity. Hanks is called upon yet again to play the innocent.
Forrest Gump (Hanks), named after a civil war hero, grows up in Greenbow, Alabama, where his mother (Sally Field) runs a boarding house. Although Forrest is a little "slow" (his IQ is 75, 5 below the state's definition of "normal"), his mental impairment doesn't seem to bother him, his mother, or his best (and only) friend, Jenny Curran (played as an adult by Robin Wright). In fact, the naivete that comes through a limited understanding of the world around him gives Forrest a uniquely positive perspective of life.
During the next thirty years, Forrest becomes a star football player, a war hero, a successful businessman, and something of a pop icon. Through it all, however, there is one defining element in his life: his love for Jenny. She is never far from his thoughts, no matter what he's doing or where he is.
A trio of assets lift Forrest Gump above the average "lifestory" drama: its optimism, freshness, and emotional honesty. Though the movie does not seek to reduce every member of the audience to tears, it has moments whose power comes from their simplicity. Equally as important is laughter, and Forrest Gump has moments of humor strewn throughout.
During the 60s and 70s, no topic more inflamed the turbulent national consciousness than that of Vietnam and those who were sent overseas to fight. Forrest, as might be expected, has a singular viewpoint on his time spent there: "We took long walks and were always looking for this guy named Charlie." In this observation can be found the essence of the title character's nature.
Through the miracle of visual effects, Forrest meets his fair share of famous people - George Wallace, Presidents Kennedy, Johnson, and Nixon, and John Lennon. While mixing the real footage of these notables with new images featuring Hanks is not a seamless process, the result is nevertheless effective.
Forrest Gump has several messages, some of which are less obvious than others. The most frequently recurring theme is an admonition not to give up on life. Why surrender when you don't know what lies ahead? By contrasting Forrest's life with the lives of those around him, and by showing how the passage of time brings solace to even the most embittered hearts, the movie underlines this point.
Tom Hanks won last year's Academy Award for Philadelphia, but his performance here is more impressive. The Alabama accent may seem a little awkward at first, but it doesn't take long for the acting to dwarf the twang. Hanks has no difficulty creating a totally human character who is free of guile and deceit, and barely able to comprehend a concept like evil. Robin Wright gives the best performance of her career, surpassing what she accomplished in The Playboys. Looking and seeming like a younger Jessica Lange, she is believable as the object of Forrest's undying affection. The real scene-stealer, however, is Gary Sinise. A renowned director and theatrical actor, Sinise is probably best known to film-goers for his portrayal of George in 1992's Of Mice and Men (which he also directed). In this movie, his Lieutenant Dan Taylor is riveting. The passion and pain he brings to the middle portions of Forrest Gump hold together some of the film's weaker moments.
The soundtrack boasts a wide variety of sounds of the era -- perhaps too wide a variety. Often, music can be useful in establishing a mood, but Forrest Gump rockets into the realm of overkill. There are sequences when the choice of song is inspired (the use of "Running on Empty" for Forrest's "long run" comes to mind), but the soundtrack could have used a little pruning.
Ultimately, however, any gripes about Forrest Gump are minor. This is a marvelous motion picture -- a mint julep on a hot summer's afternoon.

Read more

Senin, 08 Agustus 2011

Berbagilah!

0

Rasulullah SAW pernah berkata, bahwa setiap masuk pagi, ada dua malaikat mengajukan permohonan mereka kepada Allah SWT. Malaikat pertama berdoa:”Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang menginfaqkan hartanya”. Yang kedua berdoa:” Ya Allah jadikanlah semakin tidak punya orang yang pelit terhadap hartanya.”.

Berikut sebuah kisah untuk kita renungkan :

Dahulu kala ada seorang Imam yang bernama Hasan Basri. Suatu hari ia kedatangan enam orang tamu. Namun sayangnya ia hanya mempunyai sebuah roti untuk disuguhkan. Tentu saja tak mungkin membagi sebuah roti itu untuk keenam tamunya. Tidak mau pusing, sang imam lantas memerintahkan pembantunya untuk menyedekahkan roti itu pada tetangganya yang lebih membutuhkan. Tak lama kemudian datanglah seorang tamu lagi sambil membawa dua buah roti untuk Hasan Basri, tapi ditolaknya!

“Roti ini pasti salah alamat, ini bukan untukku.” Jawab imam singkat, membuat tamu yang membawa roti tadi bingung dan pulang. Pembantu sang imam lantas bertanya, mengapa ia yakin sekali roti itu bukan untuknya.

“Karena kalau roti itu memang untukku, jumlahnya pasti sepuluh, bukan dua!” jawabnya lagi dengan tenang. Di tengah keheranan si pembantu, tamu yang membawa roti tadi kembali, kali ini telah menambahkan roti hadiahnya menjadi sepuluh buah. Rupanya sebelum pulang tadi, ia sempat mengetahui kalau sang imam sedang kedatangan tamu.

“Nah, ini benar untukku,” terima imam dengan senang hati. Maka kesepuluh roti tadi dibagikan kepada keenam tamunya, pembantunya, seorang anaknya, dan dua sisanya disimpan.

Dari kisah tersebut Allah telah menunjukkan betapa maha kayanya Dia. Tengoklah surat Al An’aam ayat 160 yang berbunyi, “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”

Napoleon Bonaparte (1769) pun mengingatkan pada kaum berada bahwa saling berbagilah!, sebab menurutnya, “hanya itulah satu-satunya alasan yang menghalangi orang-orang miskin membantai orang-orang kaya”.

Jadi, Tunggu apa lagi..!

Read more

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting